Sabtu, 12 Januari 2013

masih belum tau ini apa

sabtu, 12 januari 2013 aku berkelana seusai menuntut ilmu dibangku kelas 3 SMA.
ini adalah sabtu yang tidak biasa esperti sabtu kemarin. ini sabtu kedua di 2013.
baiklah, aku masih belum tau ini apa sebenarnya, namun aku coba untuk meluruskannya

sore tadi pukul 15.30 aku menjadi salah satu penumpang di sebuah angkutan umum bernomor seri 104.
kalian tau apa yang aku pikirkan selama perjalanan itu?
lagi lagi aku berbicara soal realita kehidupan. dimana seorang manusia yang duduk sendiri menunggu tiba ditempat yang kita tuju dan mengikuti alur jalan yang dibawa sang supir menuju tempat dimana kita berkata "Pinggir bang." jalur itu seakan rumit untuk dilalui, sebab ia harus melewati jalan yang semakin jauh untuk menuju tempat yang dituju. penumpang yang silih berganti menaiki angkutan umum yang setia mengantarkan kita sampai tujuan.

nah, dan dalam renungan yang tadi sempat aku dapatkan, peristiwa yang baru saja aku jelaskan itu hampir mirip dengan realita kehidupan yang sering dialami manusia. disaat kita ingin mencapai cita-cita untuk keberhasilan kita, kita pasti akan memilih jalan mana yang tepat untuk kita lewati agar semua yagn kita inginkan bisa tercapai. nah, kita selalu berdoa kepada tuhan yang maha Esa agar kita mendapatkan apa yagn kita inginkan tersebut. setelah kita mendaptkan petunjuk-Nya, kita mencoba untuk mengikuti takdir yang telah digariskan untuk kita. dan ternyata dalam takdir itu jalan yang kita pilih itu tidaklah mudah seperti yagn kita inginkan. bahkan jalan itu semakin jauh dan memiliki tikungann yang banyak dan menyimpan misteri yang ada dibalik tikungan itu. namun tak jarang juga manusia yang mendaptkan jalan yang mudah untuk mendapatkan keinginannya.

dan pernahkah kalian tau bahwa terkadang manusia tidak pernah mensyukuri apa yang telah ia dapatkan. begitulah dengan hubungan penumpang dan supir angkutan. ada yang turun begitu saja tanpa memberi imbalan pada supir yang telah mengantarnya bahkan pura-pura tidak tau atas jasa yang diberikan sang supir. namun tak jarang juga yagn memberikan imbalan kepada sang supir bahkan mengucapkan terimakasih kepada sang supir.

hal ini menggambarkan bagaimana manusia yang bersyukur dan tidak bersyukur. setelah kita tiba dengan semua mimpi yagn kita ciptakan, kita enggan mengucapkan syukur kepada tuhan yang maha Esa, bahkan tak  terpikir untuk kita membalas kebaikan-Nya dengan menuruti perintahnya. inilah yang menjadi alasan tuhan kenapa ia tidak mau memberikan hambanya kebahagiaan lagi.

nah terus waktu aku turun dari angkutan itu, aku berjalan dengan sepasang kakiku untuk menuju rumah yagn masih brjarak 50 meter lagi. dan diperjalanan ini, aku kembali merasakan realita kehidupan dari yang sedang aku jalani. aku berjalan pelan dan merasakan angin sore yagn masuk kedalam kulitku. aku coba untuk membandingkan cara jalan yang biasa dilakukan banyak manusia. pertama aku jalan dengan cara biasa aku berjalan yang menunduk kearah bawah. namun ternyata cara itu tidak nyaman. aku coba untuk menatap lurus sejajar kedepan, tapi sama saja aku kembali menunduk tanpa disadari. trus aku coba mengangkat dagu dan menatap kedepan, yang ada aku tersandung dengan batu kecil.

dan kalian tau apa yang muncul dari pikiranku saat hal itu terjadi?
yah, itu mengingatkanku bagaimana kita harus menyikapi lingkungan yang ada disekitar kita. untuk mencapai keinginan kita, kita tidak harus selalu melihat kegagalan yang pernah kita alami, karna itu semakin membuat kita tidak percaya diri untuk bangkit dengan semangat keinginann kita. kita juga tidak bisa untuk terus pasrah dengan alur datar yang tidak melihat kegagalan ataupun keobsesian kita. karna semuanya itu kita yang usahaka, tanpa kita berusaha takkan mungkin kita bisa terikut dengan alur datar yang tidak mewarnai jalan kita. dan terakhir kita juga tidak bisa terus memaksa keobsesian kita untuk menjadi orang teratas dalam impian kita. karna sekali kita mendapat kesusahan atau kegagalan, kita akan sangat merasa terpukul olehnya.

maka kesimpulannya, jalannya sesuai hati kita. coba untuk sekali sekali melihat kebawah, kedepan atau mengangkat dagu. lihatlah disekitar kita. pada saat kapan kita melakukan cara jalan yang tepat.

yah mungkin sudah mulai terluruskan sedikit dari pertanyaan yang tadi masih tersimpan disini. terimakasih

2 komentar:

Riki Ananda Nasution mengatakan...

Hidup ini memang rumit dek, layaknaya sebuah perjalanan, ada begitu banyak tikungan, tanjakan, turunan yang harus kita lewati
ada juga pemberhentian dan bahkan kadang kita juga harus beristirahat
tapi hidupp ini tetap kita nikmati
kita harus tetap menikmati perjalanan "di angkot " ini..
mensyukuri hidup akan jauh membuat kita bahagia :)

Nanda Piti mengatakan...

eeeaaaak ahahah hidup mirip kayak angkot ya bg yaaah ahahah