Minggu, 30 Desember 2012

kisah seorang gadis 6

ini adalah hari dimana sang gadis telah menjalani penantiannya selama satu bulan bersama pria yang merupakan pemilik jalan itu. genap sudah ia juga merasakan kejenuhan dari menunggu yang belum ada pasti dan ujungnya. hatinya terus memaksa ia untuk bersabar demi penantian yang lama ia miliki. namun pikiran mengajaknya untuk lari dari kejenuhan yang ditimbulkan dari penantiann itu. seminggu menuju akhir bulan ini ia terus dibayang-bayangi rasa takut akan kegagalan untuk penantiannya. bahagia yang ia miliki hampir punah   setelah ia merasa ada perubahan dari yang ia rasakan. merpati arjuna yang selalu ia banggakan, kini ikut memberikan tanda tanya yang sangat besar dihatinya. disaat dia membutuhkan kalimat-kalimat penenang yang biasa dituturkan oleh pria itu, pria itu mulai hilang perlahan seolah ingin meninggalkan dirinya.
hidupnya semakin hampa dan sangat hampa. kecanggungan tlah tampak dari sikap dan perlakuan antara sang gadis dan pria itu. "mengapa ini terjadi tuhan?" ucap hati sang gadis dan meneteskan air mata.

tiba-tiba suatu saat dimana sang gadis hendak menuju sudut belakang dari gubuk itu, ia melihat merpati arjunanya sedang duduk seperti meratapi sebuah kenangan. yah, kenangan itu berasal dari sebuah foto seorang wanita. suasana semakin hening dan angin berhembus menyebarkan dinginnya sampai ketulang. tampak sang pria sedang menangisi wanita yang ada di foto itu. entah kenangan apa yang tersirat dari foto yang membuat sang pria tidak terlihat gagah seperti biasanya.
" apa itu yang membuat kau berubah akhir - akhir ini merpati arjuna?" ucap sang gadis yang mengejutkan sang pria
sang pria menoleh spontan kearah sang gadis dan menatap wajah sang gadis dengan tatapan yang sendu.
" apa dia juga alasan mengapa kau tidak membukakan gerbang yang kau bilang dikunci dengan sebuah keyakinan?" tanya sang gadis lagi
pria itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya. ia hanya menatap wajah sang gadis itu.
" kenapa? apa aku sudah lancang mengganggu ketenanganmu?" tanya sang gadis lagi
pria itu kembali membungkam dan menatap sang gadis semakin dalam
" baiklah jika kau tak ingin diganggu, aku akan pergi dari sini." ucap sang gadis yang hendak melangkahkan kaki untuk keluar
namun langkah itu terhalang dengan genggaman tangan yang hinggap ditangan kanannya. sang gadis yang hampir saja meneteskan air matanya kini menahannya kembali agar tidak terlihat oleh pria yang mungkin akan melibatkannya dalam sebuah percakapan.
" yang kau katakan tadi benar dewi harum. dia memang alasanku yang selalu menutup gerbang jalan itu." jawab sang pria
sang gadis tak mampu membendung air matanya lagi, terpaksa ia harus meneteskannya didepan pria itu. ia tak sanggup harus mendengar kata-kata dari penjelasan yang dituturkan pria itu.
" dia wanita dari lentera merah yang pernah aku temui dalam perjalananku. sama seperti kau bertemu dengan lentera merah dalam perjalananmu." jelas sang pria itu lagi
air mata sang gadis semakin menetes tak terhitung banyaknya. ia ingin sekali berteriak untuk melepaskan rasa kecewa yang menahan proses pernafasan yang menyebabkan emosi itu.
" kebersamaanku dengannya telah membuatku jauh jatuh kedalam tulusnya cinta yang ia salurkan padaku. sama sepertimu yang mulai membuatku hanyut kedalam lembutnya kasih sayangmu." ucap sang pria sembari menggenggam tangan lembut sang gadis
" aku tidak akan pernah sama seperti wanita lentera itu." jawab sang gadis menyekal
" kau dewi harumku, dia lentera merahku. kalian sama-sama melengkapi kehidupanku." ucap sang pria itu lagi
" cukuplah hanya ada satu hal yang melengkapi hidupmu."
" dulu pelengkapku hanya satu, namun setelah aku menemukanmu aku kembali menemukan pelengkap yang aku butuhkan."
" cobalah untuk memilih satu pelengkap yang terbaik untukmu. keserakahan takkan membuatmu menemukan keadilan untuk merawat mereka."
" tapi aku tidak bisa melepas satu diantara dua kebutuhanku itu. aku sangat membutuhkan mereka."
" jika kau tidak bisa memilih, biar dewi harummu itulah yang memilih untuk pergi dari hidupmu."
sang pria terdiam dan tak mampu menjawab satu katapun untuk ucapan dari sang gadis. ia tak mampu menghadapi kenyataan yang akan ia lewati setelah sang gadis benar-benar pergi meninggalkannya.
" aku juga sudah jenuh menunggu waktu untuk bisa masuk kejalan yang kau miliki itu. sepertinya aku harus mencari jalan lain yang bisa aku gunakan untuk keluar dari kesunyianku ini." ucap sang gadis dengan senyum tangisnya
" aku memang tidak bisa memilih, tapi aku tau yang terbaik untuk diriku." tegas sang pria
" maksudmu?"
" kau sudah menyatu didarahku dewi harum. kau sudah menyatu dengan hatiku. yang mereka butuhkan itu hanya kau. yang terbaik untuk mereka adalah kau." jelas sang pria sembari memeluk tubuh harumnya sang gadis
" tapi kenapa mereka menyiksa diriku? kenapa mereka memperlambat keinginanku?" tanya sang gadis kecewa
" mereka menunggu keyakinanmu dewi harum."
" keyakinan apa lagi yang harus aku perkuat. hampir seluruhnya telah aku yakini untuk jalan ini, tapi sampai sekarang gerbang itu masih saja tertutup. dan kemudian ditambah dengan adanya ketertutupan yang kau sembunyikan dariku. inikah yang kau bilang kita harus belajar saling terbuka?" sang gadis kecewa dan menghempaskan tubuh sang pria yang memeluknya
sang pria tunduk dengan kesedihan danpenyesalannya. kini ia tak tau harus berbuat apa. yang ia butuhkan hanyalah ketenangan hati dari sang gadis yang sangat kecewa padanya.
" mungkin kau harus melupakan nama yang terinspirasi dari harumnya tubuh yang kau cium kemarin. kejarlah nama yang lentera merah yang kau temukan itu." ucap sang gadis pelan sembari menghapus air mata sang pria dengan tangan lembutnya
sang pria semakin tak sanggup untuk menjalani kenyataan setelah sang gadis itu melangkah keluar. tangan halus dan harum tubuh yang selalu menemaninya akan hilang untuk selamanya.
" terimakasih atas nama yang telah kau beri padaku. terimakasih telah membawaku kedalam kisah tidurmu. terimaksih telah memberikan bahumu untuk menopang kesedihanku. terimaksih atas cahaya yang telah menuntunku." ucap sang gadis dan disertai ciuman tulus yang mendarat dikening sang pria
sang pria tak mampu mengeluarkan sepatah kata lagi. ia terdiam dan menyesali apa yang telah ia lakukan. tangannya mencoba untuk meraih tangan lembut sang gadis itu. lembut yang dihasilkan itu hampir membuat sang pria tak ingin melepaskannya. ia masih ingin dibelai dengan tangan lembut itu. berat hati sang pria saat harus terpisah oleh sang gadis yang muncul sebagai pelengkapnya.
" simpanlah selendang ku ini. jika kau merindukanku, lilitkan ia di lehermu , dan rasakan lembut dan harum tubuhku yang tertinggal diselendang itu. percayalah, jika kita berjodoh, kita akan dipertemukan melalui selendang ini. ia akan menuntun jalan yang menemukan kita. " ucap sang gadis meluluhkan kesedihan yang dirasakan sang pria sembari menyerahkan selendang kuningnya.

kini mereka harus menjalani hidup  mereka sendiri. tanpa saling melengkapi, dan mereka juga mencari kekuatan mereka sendiri. namun terkadang rasa rindu menggerogoti pikiran yang membawa mereka untuk ingin bertemu. tapi rasanya itu adalah hal yang tidak mungkin. mereka tidak akan bertemu bila keyakinan mereka belum menyatu dan begitu juga sampai sang pria bisa memilih satu dari dua hal yang menjadi pelengkap hidupnya.



-dewi harum & merpati arjuna-

6 komentar:

Riki Ananda Nasution mengatakan...

sihhiiy..
dewi harum :P

Nanda Piti mengatakan...

hahah simak terus yah. ini uda mau ending. tapi ini masih part 1. dicomment terus yah

Riki Ananda Nasution mengatakan...

sampe part berapa dek? :)

kalo mau dijadikan buku, masih tipis nih dek :P

oiya, chaptcha nya dihilangin dong, biar enak mau komen :)

Nanda Piti mengatakan...

ini masih part 1. ceritanya mungkin panjang
sebenernya masih ragu kalau mau dijadikan buku. soalnya kata-katanya gabagus bagus amat.
chaptcha itu apa ya bg?

Riki Ananda Nasution mengatakan...

tetap semangat nulisnya dek, hilangkan keraguan, hehe

chapctha itu kata verifikasi kalo kita mau ngash komen, agak ribet sh menurut abg kalo pake itu dek =D

Nanda Piti mengatakan...

uda diilangi kok bg....